BENPARK - Buaya Air Asin, si raksasa reptil, dikenal sebagai buaya terbesar di dunia. Hewan ini punya banyak julukan, seperti Buaya Muara, Buaya Laut, Buaya Indo-Australia, hingga Buaya Pemakan Manusia. Ada juga sebutan-sebutan lokal lain yang tak kalah menarik.
Kenapa disebut Buaya Air Asin? Ternyata, hewan ini tak hanya menghuni sungai-sungai, tapi juga sering ditemukan di sekitar laut dan muara. Seram, ya?
Jadi, seperti apa sebenarnya kisah lengkap tentang si Buaya Air Asin ini? Penasaran, kan? Yuk, kita kupas tuntas Bersama.
Klasifikasi Ilmiah
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Crocodilia
Famili : Crocodylidae
Genus : Crocodylus
Spesies : C. porosus
Nama Latin/Ilmiah : Crocodylus porosus
Bentuk Fisik
Coba perhatikan dengan saksama, Buaya Air Asin ini memiliki ciri khas moncong yang lebih lebar dibandingkan dengan buaya lainnya.
Saat masih muda, Buaya Air Asin memiliki warna kuning pucat dengan pola garis-garis hitam dan bintik-bintik di tubuh serta ekornya. Warna ini akan tetap melekat selama beberapa tahun hingga mereka mencapai usia dewasa.
Namun, ketika dewasa, warna tubuhnya berubah menjadi hijau gelap. Ada juga varian lain yang memiliki kulit dengan nuansa lebih pucat.
Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, Buaya Air Asin adalah reptil terbesar di dunia saat ini. Menurut National Geographic, panjang rata-rata Buaya Muara jantan mencapai sekitar 5 meter dengan bobot 454 kg. Bahkan, ada yang mencapai panjang hingga 7 meter dan berat hampir 1 ton, lho!
Di antara semua jenis buaya, Buaya Air Asin adalah yang paling besar. World Atlas pun mencatat bahwa hewan ini bukan hanya reptil terbesar di dunia, tapi juga predator darat dan pesisir terbesar di planet ini.
Penyebaran wilayah
Buaya Air Asin dikenal memiliki toleransi luar biasa terhadap salinitas, menjadikannya salah satu reptil dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa. Habitatnya pun sangat beragam, mulai dari perairan payau hingga air tawar di kawasan India Timur, Australia Utara, Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Menariknya, reptil ini mampu bertahan di lautan terbuka untuk waktu yang lama. Kemampuan ini memungkinkan Buaya Air Asin menyeberangi lautan luas demi menemukan wilayah baru. Tidak heran jika populasi mereka tersebar luas hingga ke kawasan Kepulauan Pasifik, Fiji, dan Papua Nugini. Hebat, kan?
Makanan
Buaya Air Asin adalah predator yang tidak pilih-pilih dalam hal makanan. Apa pun yang bisa muat di rahangnya, mulai dari burung, kerbau, walabi, monyet, sapi, babi hutan, kepiting, ikan, kura-kura, hingga hiu, bisa menjadi santapan mereka.
Sebagai predator oportunistik yang hiper-karnivor, mereka mampu menyesuaikan pola makan dengan ketersediaan makanan di sekitar. Bahkan, mereka dapat bertahan hidup meski makanan yang tersedia sangat minim.
Sifatnya yang agresif membuat Buaya Air Asin juga menjadi ancaman bagi manusia, terutama mereka yang berada di perahu kecil. Semakin kecil perahu, semakin tinggi risiko diserang.
Saat berburu, buaya ini sangat sabar. Mereka akan bersembunyi di bawah permukaan air, dekat tepi, menunggu mangsa mendekat tanpa curiga.
Ketika saatnya tiba, Buaya Air Asin melancarkan serangan mematikan yang dikenal sebagai 'gulungan kematian'. Setelah menyergap mangsa, mereka menyeretnya ke dalam air dengan gerakan cepat, menyebabkan mangsa kehilangan keseimbangan.
Jika ada banyak mangsa, Buaya Air Asin akan menggulung tubuhnya di bawah air untuk menciptakan kekacauan, membuat mangsanya lebih mudah dilumpuhkan dan dimakan. Teknik berburu ini menjadikan mereka sebagai salah satu predator paling mematikan di alam.
Habitat & Karakteristik
Buaya Air Asin dikenal melakukan migrasi musiman. Saat musim hujan, mereka cenderung tinggal di sungai dan rawa air tawar. Namun, ketika musim kemarau tiba, mereka berpindah ke muara dan danau, bahkan sesekali menjelajah hingga ke laut.
Reptil ini adalah perenang ulung yang sering terlihat jauh di tengah lautan. Berdasarkan laporan dari discoverwildlife.com, Buaya Air Asin mampu menempuh perjalanan sejauh 900 km melintasi laut.
Meskipun banyak waktu dihabiskan di air asin, Buaya Air Asin tidak dikategorikan sebagai reptil laut seperti penyu. Pasalnya, mereka tetap bergantung pada daratan untuk mencari makanan dan sumber air tawar.
Hebatnya, buaya ini dapat bertahan di bawah air selama lebih dari satu jam. Mereka melakukannya dengan memperlambat detak jantung mereka hingga hanya 2–3 kali per menit, memungkinkan mereka bersembunyi dengan sabar sambil menunggu mangsa.
Di Australia, Buaya Air Asin memiliki kemampuan unik yakni mereka hanya mematikan separuh otak saat tidur. Separuh lainnya tetap aktif untuk waspada terhadap bahaya. Sistem sarafnya yang canggih memungkinkan salah satu matanya tetap terbuka sesuai sisi otak yang aktif.
Salah satu keistimewaan lainnya adalah kemampuan mereka membuka mulut di bawah air tanpa takut tenggelam. Katup khusus di bagian bawah mulut mereka mencegah air masuk ke tenggorokan, memungkinkan mereka tetap menggigit mangsa di bawah air. Faktanya, sebagian besar serangan mematikan Buaya Air Asin terjadi dengan cara ini.
Reproduksi
Mengenai reproduksi, betina Buaya Air Asin akan bertelur sekitar 50 butir dalam sarang kecil yang terletak di atas garis banjir, biasanya selama musim hujan. Sarang ini akan membusuk seiring waktu, memberi perlindungan alami bagi telur-telur tersebut.
Selama masa inkubasi, yang biasanya berlangsung sekitar 12 minggu, si betina dengan sabar menjaga telur-telur tersebut. Setelah telur menetas, sang ibu akan membantu anak-anaknya menuju air, kemudian menjaga mereka dengan penuh perhatian hingga mereka mulai berkembang dan menjauh dalam beberapa minggu mendatang.
Catatan khusus
Ada fakta menarik tentang Buaya Air Asin yang wajib kamu ketahui! Reptil ini memiliki rentang hidup yang sangat panjang. Banyak dari mereka yang bisa hidup lebih dari 65 tahun, bahkan lebih lama dibandingkan dengan spesies buaya lainnya.
Di penangkaran, ada laporan tentang Buaya Air Asin yang berhasil mencapai usia lebih dari 100 tahun. Namun, di sisi lain, tingkat kematian bayi buaya sangat tinggi akibat predasi yang besar. Faktanya, hanya sekitar 1 persen dari buaya air asin yang baru menetas yang dapat bertahan hingga mencapai usia dewasa.